Tuesday, November 20, 2012

Said Bin Amir Al-Jumahi (Bahagian 2)


Jom sambung kisah Said Bin Amir Al-Jumahi.
Tidak lama kemudian, Umar mengunjungi Syam untuk melihat suasana di sana. Ketika tiba di Hims, banyak masalah yang terdengar dari penduduknya, baik para pekerja mahupun pemimpin, sebagaimana yang terjadi kepada penduduk Kufah.
Ketika Umar tiba di sana dan para penduduk menemuinya untuk mengucapkan salam, dia bertanya: “Bagaimana keadaan pemimpin kalian?”                                                                                                    
Maka mereka mengadukan perihal dirinya dan menyebutkan empat di antara perbuatannya yang sangat menakjubkan.
Umar berkata: “Aku mengumpulkan mereka semua dan berdoa agar aku tidak curiga kepadanya, padahal aku sangat percaya kepadanya.”
Tatkala semuanya telah berkumpul, Umar bertanya: “Apa yang kalian keluhkan terhadap pemimpin kalian?”
Para pendududuk pun menjawab: “Dia tidak pernah menemui kami kecuali telah siang hari.”
Umar bertanya kepada Said: “Apakah benar yang mereka katakan, ya Said?”
Dia terdiam sejenak, kemudian berkata: “Demi Allah, sebenarnya aku tak ingin mengatakannya. Tetapi kerana itu harus dikatakan, baiklah. Keluargaku tidak mempunyai seorang pembantu, sehingga setiap pagi aku mesti membuat adunan roti untuk mereka, menunggunya hingga masak dan membagikannya kepada mereka. Kemudian aku berwudhu’ dan baru aku keluar menemui masyarakat.”
Mereka berkata: “Dia tidak pernah mahu ditemui pada malam hari.”
Umar bertanya kepada Said: “Apakah benar bagai yang mereka katakan, ya Said?”
Said berkata: “Demi Allah, sebenarnya aku juga tidak ingin mengatakannya. Aku telah memberikan waktu tengah hariku untuk mereka dan waktu malam aku berikan untuk Allah.”
Umar bertanya lagi: “Apa lagi yang kalian tidak berpuas hati ke atasnya?”
Mereka berkata: “Setiap bulan, dia tidak menemui kami untuk satu hari.”
Umar berkata: “Apa lagi ini, ya Said?”
Said pun menjawab: “Aku tidak mempunyai pembantu, ya Amirul Mukminin. Dan aku tidak mempunyai sehelai kain pun kecuali yang aku pakai ini, sehingga aku mesti mencucinya setiap bulan dan menunggunya hingga kering untuk dipakai kembali. Dan setelah itu, aku keluar menemui mereka pada petang hari.”
Umar bertanya lagi: “Apa lagi yang kalian keluhkan atasnya?”
Mereka berkata: “Wajahnya selalu murung dan sedih, sehingga membuat orang-orang keluar dari majlisnya.”
Umar bertanya: “Apa yang terjadi pada dirimu, ya Said?”
Said berkata: “Dahulu, aku melihat kematian Khubaib bin Adi dan waktu itu aku masih musyrik. Dan aku melihat kaum Quraisy memotong-motong tubuhnya dan mereka berkata kepadanya; Relakah engkau jika Muhammad menggantikan tempatmu ini?” Khubaib menjawab; Demi Allah, aku tidak akan rela jika aku selamat untuk keluarga dan anak-anakku sedang Muhammad ditusuk duri. Demi Allah, aku selalu terbayang akan hari itu. Bagaimana aku tidak menolongnya. Aku sangat khuatir Allah tidak akan mengampuniku. Itulah yang sedang menimpaku sampai saat ini.”
Umar pun berkata: “Maha suci Allah yang tidak membuatku curiga kepadanya.”

ps: Kita selalu persoalkan sikap pemimpin kita. Apa kata kita ambil iktibar dari kisah ini dan aplikasikan dalam kehidupan kita sendiri. Bila terlalu sibuk jaga kain orang, kita takkan sedar kain kita sendiri yang terselak dan terkoyak. Selamat beramal.

0 jari-jari menaip komen:

 
Luahan Hati Blogger Template by Ipietoon Blogger Template